Emosi Pada Saat Hamil dan Proses Melahirkan

Perubahan emosional terjadi selama kehamilan. Hormon dapat mempengaruhi suasana hati dan karena kadarnya yang naik turun maka demikian juga suasana hati anda. Oleh karena itu adalah hal yang normal bila anda merasa sedih, menangis, panik, sedikit tidak yakin atau merasa senang luar biasa.
Perubahan ini harus dihadapi sekalipun agak membingungkan untuk sementara waktu. Akan tetapi, apabila anda pernah mengalami depresi atau merasa sedih atau marah lebih dari 3 minggu, temuilah dokter pribadi anda.
Dengan hadirnya janin di dalam rahim, maka hal itu akan mempengaruhi emosi si ibu. Apabila pengaruh emosi ibu tidak didukung oleh lingkungan keluarga yang harmonis ataupun lingkungan tempat tinggal yang kondusif, maka hal ini akan mengakibatkan stres pada ibu hamil. Demikian diungkapkan Eko Handayani MPsi dari bagian psikologi klinis anak Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Sebagai contoh, lanjut Eko, ibu hamil yang kurang waktu tidurnya akan mempengaruhi kondisi kesehatan dan kebugaran tubuh. Karena waktu untuk beristirahat pun berkurang. Dan apabila stres yang muncul mempengaruhi nafsu makan ibu yang berkurang, akibatnya bisa berbahaya. Pasokan makanan bergizi yang dibutuhkan oleh ibu dan janin tentu berkurang pula. Karena pasokan makanan bergizi kurang, maka dikhawatirkan pertumbuhan janin akan terganggu.
Secara psikologis, stres pada ibu hamil dapat dibagi dalam tiga tahapan, sambung Eko. Tahap pertama adalah pada triwulan pertama, yaitu pada saat usia kehamilan satu hingga tiga bulan. Dalam kurun waktu tersebut, biasanya ibu belum terbiasa dengan keadaannya, di mana adanya perubahan hormon yang mempengaruhi kejiwaan ibu, sehingga ibu sering merasa kesal atau sedih. Selain itu, ibu hamil ada juga yang mengalami mual-mual dan morning sickness, yang mengakibatkan stres dan gelisah.
Tahap kedua saat triwulan kedua, yaitu pada saat usia kehamilan empat hingga enam bulan. Dalam kurun waktu tersebut, biasanya ibu sudah merasa tenang, karena telah terbiasanya dengan keadaannya. Di tahap ini, ibu hamil sudah dapat melakukan aktivitas, termasuk aktivitas hubungan suami istri.
Selanjutnya pada tahap ketiga yakni trimester ketiga, stres pada ibu hamil akan meningkat kembali. Hal itu dapat terjadi dikarenakan kondisi kehamilan semakin membesar. Kondisi itu tidak jarang memunculkan masalah seperti posisi tidur yang kurang nyaman dan mudah terserang rasa lelah. Dan semakin bertambah dekatnya waktu persalinan pun akan membuat tingkat stres ibu semakin tinggi. Perasaan cemas muncul bisa dikarenakan si ibu memikirkan proses melahirkan serta kondisi bayi yang akan dilahirkan.
Untuk menghindari stres yang berkelanjutan selama masa kehamilan, sudah selayaknya pasangan memberikan semangat dan perhatian kepada istri. Dengan begitu, istri bisa kuat secara mental untuk menghadapi segala hal di masa kehamilannya.
Tugas pasangan yang paling penting lainnya adalah membina hubungan baik dengan pasangan. Karena dengan membina hubungan yang baik, maka istri dapat mengkonsultasikannya setiap saat dan setiap masalah yang dialaminya dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya selama masa kehamilan.
Saat hamil merupakan saat sensitif bagi seorang wanita. Jadi, sebisa mungkin suami menciptakan suasana yang mendukung perasaan istri, misalnya mengajak jalan-jalan ringan sambil ngobrol, bicara halus dan positif dan sebagainya. Ini akan membuat istri merasa nyaman, selain juga semakin mempererat hubungan suami-istri.
Menemani istri ke dokter untuk pemeriksaan kehamilan juga tak kalah penting. Suami juga akan mendapat informasi, sehingga akan lebih siap menghadapi kehamilan dan persalinan istrinya. Ada baiknya suami juga membaca literatur tentang kehamilan dan bukan bersikap masa bodoh.
“Suami akan belajar banyak tentang kehamilan istrinya. Istri juga akan merasa lebih aman dan nyaman diperiksa bila ditemani suaminya,” ujar Dra Clara Istiwidarum Kriswanto MA CPBC dari Jagadnita Consulting.
Sebagai orang yang paling dekat, suami tentu dianggap paling tahu kebutuhan istri. Saat hamil, seorang wanita mengalami perubahan, baik fisik maupun mental. “Suami sebaiknya memahami perubahan ini. Kebiasaan-kebiasaan istri juga mungkin berubah akibat perubahan fisik tadi, sehingga suami harus lebih sabar, juga jangan terlalu cemas. Kecemasan akan terlihat dan dirasakan istri, sehingga akan mempengaruhi kondisi emosi istri,” ujarnya.
Mungkin suami cemas dan bingung, apalagi jika kehamilan sang istri merupakan pengalaman pertama. “Tapi jangan sampai ini diperlihatkan. Sebaliknya, jangan juga terlalu cuek. Mungkin maksud suami untuk menguatkan istri, tapi bisa jadi istri akan mempersepsikan suami sebagai cuek, acuh tak acuh,” jelasnya.
Dalam hal perubahan fisik, kebanyakan calon ibu merasakan ia jadi makin gemuk dan makin jelek. Nah, image jelek ini kadang berubah jadi negatif, sehingga membuatnya tak percaya diri. “Di sini peran suami dibutuhkan. Mereka harus maklum dan mau menambah pujian serta perhatian. Misalnya, dengan mengatakan istri makin cantik. Tentu, jangan kelihatan dibuat-buat atau berlebihan. Harus tulus, sehingga istri tidak merasa diledek. Cara ini akan membuat istri merasa diperhatikan dan berkaitan dengan self image istri,” katanya.
karena kehamilan ini kan secara sadar atas kemauan dari kedua pasangan.. yang ingin mempunyai beberapa anak, jadi ya harus siap, dengan segala perubahan istri pada saat hamil dan setelah melahirkan ;)